Pourtélécharger le mp3 de Tari Cente Manis, il suffit de suivre Tari Cente Manis mp3 If youre looking to download MP3 tracks for free, there are several things you need to keep in mind. First, ensure that the app youre using is free, and that it is compatible with the platform youre using. So that you can keep the files where youd like. If its not clear which to pick, follow our short guide Nah otomatis mereka membawa serta budaya mereka, termasuk makanan khas mereka. Jadilah tertukar-tukar dan menyerupai wisata kulinernya. 4. Kue talam. 5. Gado-gado. 6. Soto Betawi. Info gak penting dariku: saya sendiri mengganti santan dengan susu kedelai; atas pertimbangan untuk mencegah kolesterol. cash. Dampak budaya asing sangat berpengaruh bagi kelanjutan dari sebuah budaya yang ada di Nusantara. Terutama dari daerah ibukota DKI Jakarta dengan suku aslinya Betawi mempunyai beragam tarian tradisional yang beberapa diantaranya sudah mulai dilupakan. Pengaruh budaya asing jadi faktor tergerusnya tari Betawi. Namun, perlahan pemerintah dan masyarakat sudah mulai kembali memperhatikan budaya Betawi satu ini. Macam-Macam Tari Tradisional Betawi Dan Gambarnya 1. Tari Zapin Betawi2. Tari Nandak Ganjen3. Tari Blantek4. Tari Yapong5. Tari Blenggo6. Tari Ngarojeng7. Tari Topeng Betawi8. Tari Lenggang Nyai9. Tari Gitek Balen10. Tari Cokek11. Tari Sirih Kuning12. Tari Samrah13. Tari Renggong Manis14. Tari Lenggo Jingke15. Tari Kembang Lambang Sari16. Tari Ondel-Ondel 1. Tari Zapin Betawi sumber Kata Zafin dibaca Zapin berasal dari bahasa Arab yaitu Zafanan atau Zafana yang artinya mendadak atau mendadak. Atau arti lainnya yakni menari. Tarian ini berasal dari bangsa arab tapi dalam perkembangannya terpengaruh dengan tarian Melayu. Fokus Tari Zapin ada pada gerakan kaki dengan empat pola yaitu pola lantai pokok, pola lantai konde, pola lantai putaran dan pola tiga. Awalnya tari zapin tergolong ada tari pergaulan tapi kemudian beralih fungsi sebagai tari pertunjukan. Sehingga dipertunjukkan untuk memperingati acara khitanan, perkawinan, Hari Maulid Nabi dan sebagainya. Dengan bentuk pementasan disebut Malias, dimana penari berkelompok membuat setengah lingkaran atau lingkaran. Maka ditengahnya kosong digunakan sebagai arena pentas. Tari zapin juga mempergunakan jenis panggung Balandongan panggung buatan semacam proscenium. 2. Tari Nandak Ganjen sumber Sukirman atau lebih dikenal sebagai Entong Kisam menciptakan tari nandak ganjen sebagai tari kreasi baru dari Betawi pada tahun 2000. Tarian ini terinspirasi dari pantun lama Betawi yakni “Buah cempedak buah durian, sambil nandak cari perhatian”. Dalam bahasa Betawi nandak berarti menari sedangkan ganjen berarti centik atau genit yang dimaknai sikap menggoda. Tari nanjak ganjen bercerita tentang gadis remaja yang memasuki fase kehidupan dewasa atau yang lazim disebut ABG anak baru gede. Anak ABG pada masanya peralihan usia beragam sifat bisa muncul, mulai dari keceriaan, sedikit memberontak, ingin melakukan apapun yang mereka inginkan, tanpa harus bertanya dahulu karena mereka sudah merasa dewasa. Kostum penari pun mirip dengan kostum topeng Betawi Karena merupakan tarian turunan dari tari topeng. Busana penari mulai dari kebaya pola tiga warna kuning, hijau, merah di ujung lengannya, toka-toka penutup dada seperti kain yang disilangkan, ada kain “ampreng” untuk menutup bagian perut sampai bawah lutut. Juga memakai ikat pinggang “pending” berwarna emas dan selendang yang diikat pada pinggang. Rambut akan di konde, serta dilengkapi hiasan kepala seperti sumpit berwarna emas hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Betawi. 3. Tari Blantek sumber Tari blantek sudah ada sejak zaman penjajahan dan termasuk tari kreasi yang hanya dipertaskan untuk pertunjukkan teater rakyat guna menghibur para tuan tanah zaman dulu. Nama tari blantek berasal dari iringan musiknya yang selalu berbunyi blan blan blan crek. Tari ini ditarikan oleh 4-6 orang wanita memakai busana serba cerah, dengan bagian depan akan dihiasi manik-manik, penari juga memakai selendang di bagian pinggang. Gerakan yang digunakan sangat cepat, luwes dan berenergi sehingga menghasilkan istilah gerakan yang disebut selancar, tindak, rapat tindak, puter goyang, geol dan lainnya. Iringi dengan perpaduan alat musik tanji seperti baritone, terompet, kendang, trombone, sambal, gong, dan tehyan. 4. Tari Yapong sumber Tari yapong termasuk tari pergaulan yang diciptakan untuk mengisi acara ulang tahun DKI Jakarta ke 450 pada tahun 1977, dengan hasil kreasi dari Bagong Kusudiarjo. Tari yapong mengandung adegan sendratari, dimana penari akan menari dengan kesenangan menyambut kedatangan Pangeran Jayakarta. Musik pengiring penyanyi yang berbunyi “ya..ya..ya..” serta suara musik yang akan terdengar “pong..pong..pong” melatar belakangi penamaan tari yapong. 5. Tari Blenggo sumber Kata blengo berasal dari kata lenggak-lenggok, yaitu gerakan yang sering dilakukan untuk sebuah tarian, yang dalam kalangan masyarakat Betawi ada istilah “diblenggoin” yaitu gerakan sebuah tarian. Tarian ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Terdapat dua jenis musik pengiring yaitu Blenggo Rebana, menggunakan rebana biang, dan Blenggo Ajeng Betawi menggunakan gamelan ajeng. Tarian ini bernuansa Islam karena biasa dilakukan usai mengaji guna mengisi waktu luang. Pada awalnya tari blenggo digunakan sebagai tari pengiring pengantin pria yang menggunakan adat palang pintu. Namun, seiring perkembanganya tarian in digunakan sebagai tari persembahan untuk menyambut tamu dan termasuk tari hiburan. 6. Tari Ngarojeng sumber Gerakan tari ngarojeng terinspirasi dari musik Ajeng pada awalnya muncul di daerah Betawi pinggiran. Musik ajeng atau musik gamelan ajeng yang pada awalnya adalah musik untuk pementasan Wayang Kulit Betawi. Irama dari musik ajeng mengekspresikan kesabaran, ketegaran dan kekuatan untuk menjalani hidup. Tarian ini diciptakan oleh Wiwiek Widiastuti, yang menggambarkan perempuan Betawi pada masa lalu adalah kaum yang mempunyai kemampuan merawat rumah tangga dan lingkungan sekitarnya. Tari ngarojeng dipentaskan dalam berbagai kegiatan resmi yang diadakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah DKI Jakarta. 7. Tari Topeng Betawi sumber Tari topeng Betawi adalah tarian yang sangat terkenal dari daerah Jakarta karena penarinya memakai topeng sebagai properti utamanya. Jika dilihat dari sejarahnya, tarian ini terinspirasi juga dari tari topeng Cirebon. Seperti pertunjukan opera tarian ini jadi perpaduan antara seni tari, nyanyian dan musik sehingga tarian ini lebih bersifat teatrikal dan komunikatif lewat gerakannya. Tari topeng biasanya dipertunjukkan saat acara khitanan, pernikahan serat acara resmi lainnya. Sebab dipercaya tarian ini bisa menjauhkan dari mara petaka, tetapi seiring perkembangan zaman kepercayaan ini sudah mulai luntur. Pertunjukkan diawali dengan iringan musik, setelah itu penari keluar dengan memakai topeng dilanjutkan dengan gerakan tapi sesuai dengan teman yang dibawakan. Temanya tergolong variatif, seperti cerita legenda, kritik sosial, kehidupan manusia, dan ceria klasik lainnya. Tarian ini diiringi dengan alat musik tradisional Betawi antara lain, kempul, kromong tiga, kulanter, krecek, gong buyung, rebab, dan gendang besar. 8. Tari Lenggang Nyai sumber Para wanita Betawi menarikan tari sembah nyai dengan mengekspresikan keindahan dan kelincahan mereka. Dibawakan oleh 4-6 gadis kecil tarian ini diciptakan oleh Wiwik Widiastuti pada tahun 1998. Tarian ini bercerita tentang wanita cantik dari Betawi bernama Nyai Dasimah yang menikah dengan pria Belanda bernama Edward William. Sayangnya dalam pernikahan tersebut Dasima terkekang dan haknya sebagai perempuan dirampas suaminya, oleh sebab itu ia memperjuangkan kebebasannya. 9. Tari Gitek Balen sumber Tari gitek balen adalah tarian yang bercerita tentang seorang gadis yang beranjak dewasa dengan kelincahan gerakan mengartikan bagaimana para remaja masuk dalam masa pubertasnya. Tarian ini termasuk kreasi baru, yang terinspirasi dari ketukan di dalam rangkaian gamelan ajeng Betawi. Tari gitek balen berasal dari istilah gitek yang artinya goyang dan balen yakni suatu pola pukulan pada gamelan Betawi. 10. Tari Cokek sumber Tari cokek jadi salah satu tari tradisional tempo dulu yang diiringi musik Gambang Kromong. Tari ini ditarikan oleh perempuan dan laki-laki secara berpasangannya, sebab tari cokek mempunya fungsi sebagai tari pergaulan. Awal pementasannya tari cokek hanya dipentaskan oleh tiga orang perempuan, tapi seiring perkembangan zaman tari ini dipentaskan secara berpasangan. Dengan awal pertunjukkan yaitu seperti wawayangan di mana penari akan berbaris memanjang laku melangkah maju-mundur mengikuti irama Gambang Kromong. Saat pementasan penari akan memakai baju kurung dan celana panjang berbahan sutra berwarna. 11. Tari Sirih Kuning sumber Tari ini merupakan bentuk pengembangan dari tari cokek, yang populer di kalangan Tionghoa di daerah pinggiran Betawi. Tari Sirih Kuning ditampilkan saat acara pernikahan, saat pengantin pria menyerahkan “Sirih Dare” kepada pengantinnya. Terdiri dari empat belas daun sirih, tujuh lembar di kiri dan tujuh lembar di kanan yang semuanya dilipat kerucut terbalik. Kemudian ditengah lipatan diberi mawar merah dan lembaran uang. Lipatan daun sirih yang berisi uang serta mawar akan dimasukkan lagi ke dalam pembungkus berbentuk segitiga yang luarnya sudah dilapisi kertas emas. Pemberian Sirih Dare melambangkan cinta, kasih serta persembahan untuk mengajak pengantin wanita duduk bersama serta saling mengasihi sebagai suami istri. Tarian ini juga digelar untuk menyambut tamu terhormat, dan untuk merayakan khitanan. Tari sirih kuning dibawahkan secara berpasangan, tapi tetap berjarak dan tidak bersentuhan. 12. Tari Samrah sumber Walaupun berasal dari Betawi, tetapi tari samrah mendapat pengaruh kuat dari kebudayaan Melayu. Hal ini terlihat dari gerakan yang mengutamakan langkah kaki serta iramanya. Tari samrah diiringi dengan nyanyian seorang biduan, berupa pantun dan tema lagu percintaan, cinta wanita serta lagu bertema keagamaan. Tentu saja menggunakan lagu Melayu misalnya, Burung Putih, Pulau Angsa Dua, Cik Minah Sayang, Sirih Kuning Masmura. Namun, sebagai selingan menggunakan lagu Betawi seperti Kicir-Kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung. Karena diiringi dengan nyanyian tarian ini dibagi dua berdasarkan irama, yakni bertempo lambat dan cepat. 13. Tari Renggong Manis sumber Tari renggong manis yaitu tarian tradisional yang berfungsi sebagai ungkapan perasaan. Ungkapan perasaan yang dimaksud seperti ungkapan kebahagian dan rasa kebersamaan para anak yang beranjak dewasa. Tari renggong manis merupakan perpaduan budaya dari Betawi, China Klasik, India dan Arab yang dipentaskan pada acara-acara resmi saja. Seperti acara penyambutan tamu menunjukkan kebahagiaan tuan rumah karena kedatangan tamu terhormatnya. Musik Gambang Kromong juga ikut andil untuk mengiringi tarian ini dengan suara rebab dua dawai. Yang akan terdengar dengan jelas unsur-unsur etnik China. Penari akan memakai busana yang mencolok dengan motif kain penuh pernak-pernik budaya China. 14. Tari Lenggo Jingke sumber Abd. Rachem menciptakan tari legong jingke sebagai tari kreasi baru. Tarian lenggo jingke tercipta berdasarkan pola gerak tari dari tari belenggo. Lenggo berarti tari atau goyang sedangkan jingke berarti jinjit. Menghasilkan tradisi Betawi dengan nuansa tarekat, yaitu nuansa pembangunan semua bentuk tari tersebut sangat Islami. Tari lenggo jingke dipertunjukkan oleh hanya penari wanita. 15. Tari Kembang Lambang Sari sumber Tarian ini kembali diciptakan oleh Wiwiek Widyastuti pada tahun 2000 sebagai tarian kreasi baru. Tari kembang lambing sari terinspirasi dari Lakon Bapak Jantuk dalam sebuah pentas teater rakyat Topeng Betawi. Yang adalah perpaduan dari musik, tari, lakon drama, dan bobodoran atau lawak. Adegan Bapak Jantuk dan istrinya yang kerap bertengkar karena hal sepele, dengan adegan keduanya disampaikan dalam bentuk berbalas pantun. Kemudian dialog inilah yang menjadi inspirasi dari sebuah tari kembang lambing sari. Nama kembang sari berasal dari iringan tari topeng Betawi. Dalam tarian ini mengekspresikan kebahagian Bapak Jantuk saat menjaga anak-anaknya dengan adegan bernyanyi, menari dan juga berbalas pantun. Tarian ini dibawakan oleh sekumpulan gadis yang berjumlah ganjil karena gerakan yang lemah gemulai lalu semakin lincah mengikuti iringan musik yang ada. Para penari akan memakai kostum kebaya tiga pola dan bawahan kain batik khas Betawi. Sebagai alat musik pengiring menggunakan gamelan topeng, terdiri dari sebuah rebab, satu ancak kenong berpencon tiga, sepasang gendang gendang besar dan kulanter, sebuah kempul yang digantungkan pada gantungan, sebuah kecrek dan sebuah gong tahang atau disebut juga “gong angkong”. 16. Tari Ondel-Ondel sumber Tarian ini sangat terkenal dank has dari Betawi karena terinspirasi dari boneka besar yagng tersbuat dari anyaman bamboo dengan tinggi ± 2,5 meter dan diameter ± 0,8 meter “ondel-ondel”. Namun, tari ini tidak menggunakan boneka ondel-ondel sebagai propertinya tapi hanya menggunakan tampah kecil berhiaskan dengan hiasan wajah khas ondel-ondel yang dibawah para penari. Tari ini menggambarkan kecerian gadis remaja yang sudah ikut menyelenggarakan pesta khitanan yang memang pesta ini selalu dimeriahkan dengan boneka ondel-ondel. Bagi masyarakat Betawi tari ondel-ondel digunakan sebagai penolak bala. Sehingga tarian ini dibawakan oleh penari perempuan secara berkelompok tapi kadang juga dikreasikan sebagai tarian berpasangan. Kostum yang dipakai penari perempuan terdiri dari kebaya tiga warna, dengan bawahan batik Betawi semacam rok lebar. Dengan tambahan bagian dada ditutupi toka-toka silang dada atau teratai bulat, serta penari juga memakai selendang. Sedangkan penari pria memakai pakaian khas Betawi dengan kopiah hitam dan sarung digantung dileher. Sejarah Perkembangan Tari Betawi sumber Sebenarnya sejarah pada setiap hal terutama pada tarian berbeda-beda. Walaupun begitu, kejadian masa lalu punya kesan tersendiri hingga lahirnya sebuah jenis tarian baru. Oleh sebab itu, sejarah tarian Betawi diwariskan untuk keturunan selanjutnya. Contohnya tari kembang lambing sari yang diciptakan Wiwiek Widyastuti pada tahun 2000, munculnya ide tarian dari kreativitasnya sendiri. Ceritnya pun berkaitan dengan cerita “Bapak Jantuk” pada topeng Betawi, yang mengisahkan pertengkaran antara Bapak Jantuk dan istrinya. Adegan in menjadi ide awal terciptanya tari kembang lambing sari, yang menggambarkan kegembiraan sang ayah merawat anak-anaknya yang digambarkan dalam bentuk gerakan, nyanyian, serta saling balas pantun. Karena latar belakang suku Betawi yang berasal dari beragam etnis membuat ekspresi seni tari yang dihasilkan juga sangat kaya. Fungsi Tarian sumber Seni tari Betawi sendiri punya beragam fungsi. Dan setiap fungsi pada tarian juga punya tujuan dan maknanya masing-masing. 1. Fungsi Edukasi Sebenarnya pada dasarnya tarian bertujuan hanya untuk menghibur penonton, tetapi ternyata tarian juga bisa digunakan sebagai wadah edukasi masyarakat. Tarian edukasi adalah tarian yang dipentaskan dengan menampilkan pesan moral yang dapat dipelajari oleh penari dan penikmatnya. Contoh tarian yang dimaksud yaitu tari lenggang nyai, yang menggambarkan seorang nyai dengan semangat menjalani hidup, walau telah melewati banyak cobaan. Nyai tersbeut bernama Nyai Dasimah. Tarian yag menceritakan bagaimana penolakan dan hak seorang perempuan untuk menjalani hidupnya. 2. Fungsi Upacara Memang beberapa tarian tradisional dianggap sakral bahkan hanya dipertunjukkan pada acara-acara tertentu. Sehingga ada tarian dengan fungsi upacara contohnya tari topeng Betawi. Tarian ini hanya dipentaskan pada upacara khitan dan pernikahan saja. 3. Fungsi Pergaulan Setiap daerah tentu punya tari pergaulan. Dari Betawi ada tari yapong dan tari cokek yang difungsikan sebagai tari pergaulan yang dikaitkan dengan keadaan daerah masing-masing. Tari pergaulan kadang dipentaskan saat acara penyambutan panen,bersih-bersih desa, dan lain-lain. Gerakan Dasar Dalam Tarian sumber Berikut adalah gerakan dasar yang digunakan hampir pada semua tari Betawi. 1. Sikap Gibang Beberapa bagian tubuh pada penari seperti kaki, tangan, badan dan kepala. Kaki kanan di depan, kaki kiri kemudian ditekuk jadi lutut akan seorang kanan dan kiri. Badan penari akan merendah, dadah dibusungkan dan mengempiskan perut. Tangan kanan ditekuk depan dada, jari jari tangan mengarah kedepan telapak tangan samping kiri, tangan kiri ditekuk sejajar pinggang jari2 ke depan telapak tangan ke bawah, dan posisi kepala lurus ke depan. 2. Rapat Nindak Posisi kepala menoleh ke kiri depan, kembali ke kiri lagi, badan menggenjot dan merendah, karena lutut terbuka mengarah diagonal ketukan. Tangan kiri sedikit ditekuk, telapak tangan diputar, menghadap serong kiri. 3. Koma Putes Posisi kedua kaki merapat dengan jarak tumit sekitar 2 kepal, lutut terbuka dengan kaki mengarah diagonal, badan dicondongkan ke depan. Kepala menghadap ke depan, tangan direntangkan ke samping sebatas pinggul, telapak tangan kanan kiri menghadap ke atas. Lalu jari-jar ditutup, kemudian diputar,di buka lagi mengarah ke atas, dengan telapak tangan kiri dan kanan menghadap ke samping. 4. Cendol Ijo Posisi kaki merapat dengan jarak tumit satu kepal, badan merendah, pinggul di goyang ke kanan dan kiri dengan 8 hitungan. Posisi tangan diletakkan di pinggul sambil kepala menoleh kiri dan kanan secara bergantian. Kemudian diulang pada gerakan kaki jinjit, kaki kanan di kiri dibelangkai kaki kanan. Kaki kanan sebagai tumpuan berputar ke kiri maka kedua kaki akan sejajar, membelakangi penonton. Diikuti dengan badan merendah berputar ke kanan, badan diluruskan setelah berputar. 5. Koma Pendek Kedua kaki merapat, badan tegak, tangan berada disamping sebatas pinggang, dengan telapak tangan menghadap ke samping. Posisi kepala menghadap ke depan, lengan sedikit ditekuk kemudian telapak tangan ditutup diputar lagi sambil meluruskan lengan. Busana Khas Penari Betawi sumber Tidak akan lengkap suatu pementasan tari tradisional jika penarinya tidak memakai kostum tradisional juga. Busana inilah yang juga jadi pemikat penonton. Tarian tradisional Betawi juga memakai baju adat Betawi yang berbeda-beda pada setiap jenis tarian yang ditampilkan. Baju tradisional Betawi memang terkenal dengan warna-warnanya yang terang. Warna-warni pada kostum membuat penarinya begitu mencolok. Contoh warna yang digunakan yaitu merah ,identik dengan lambing keberanian. Walaupun jadi berasal dari kota metropolitan tarian tradisional Betawi tidak pernah mati digerus zaman. Melainkan masyarakatnya semakin memperhatikan kebudayaan mereka jangan sampai diambil alih oleh bangsa lain. › Tanah Betawi tumbuh dan berkembang dengan beragam akulturasi kebudayaan, makanan, seni hingga tradisi dan ritual masyarakatnya. Peradaban dan modernitas yang terus berjalan membuat kesenian tradisi menjadi terpinggirkan. KOMPAS/TOTOK WIJAYANTOWarga berfoto di depan patung ondel-ondel yang dipasang di kawasan Pancoran Glodok, Tamansari, Jakarta Barat, tempat berlangsungnya Festival Pecinan 2019, Selasa 19/2/2019. Festival yang akan berlangsung hingga Rabu 20/2/2019 ini diisi dengan berbagai atraksi kesenian daerah, baik Betawi maupun catatan sejarah menunjukkan bahwa pada abad ke-2 telah ada masyarakat menghuni di sekitar sungai Ciliwung yang disebut sebagai Proto Melayu. Dari kawasan ini pula, perkembangan kota Batavia memberikan banyak kontribusi pada etnis yang tumbuh di kota perdagangan, Batavia banyak disinggahi kapal saudagar dari Cina, Persia, Portugis, dan Belanda. Seiring berjalannya waktu, kebudayaan berbagai etnik saling mempengaruhi hingga terjalin akulturasi budaya. Ketika terjadi pemberontakan Cina di Batavia tahun 1740, sebagian besar orang Cina lari ke wilayah Tangerang dan Bekasi. Bersamaan dengan itu, dunia kesenian juga tumbuh dengan ditandai kesenian Gambang Keromong yang mulai berkembang di Keromong semula berselendro China, lambat laun memasukkan unsur slendro Jawa, Sunda dan Deli kemudian masuk unsur Portugis dan Timur Tengah, dan seiring berjalan waktu akhirnya menjadi musik Gambang Kromong ini menjadi saksi perjalanan sejarah Peranakan Cina dan akulturasi beragam budaya di tanah Betawi. Kesenian Gambang Keromong juga berperan dalam pertunjukan Lenong, seperti misalnya pada teater China dan Tarian catatan Kompas, akulturasi budaya Betawi tergambar jelas pada busana pengantin Betawi yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Arab Yaman Selatan, Hadramaut dan China Hokian. Awalnya jubah pengantin pria bersulam naga dan asesori khas China, sementara pengantin perempuan hanya sedikit berbeda dengan pengantin China asli yaitu hilangnya sulaman bergambar delapan dewa di mahkota Kompas, 1 Desember 2009, "Gambang Kromong Teluk Naga".Di Indonesia, Gambang Keromong pernah populer pada tahun 1960-an oleh Lilis Suryani. Selanjutnya, pada tahun 1970-an, Benyamin Sueb berduet dengan Ida Royani yang membuat Gambang Keromong semakin familiar bagi masyarakat Betawi saat dari dialek bahasanya, Betawi dikategorikan dalam dua wilayah, yaitu Betawi Tengah dan Betawi Pinggir. Dari sisi kesenian pun berbeda, Betawi Pinggir lebih banyak menghasilkan kesenian musik seperti Gambang Keromong, Tanjidor, dan Lenong yang dahulunya dipengaruhi oleh kaum Peranakan Tionghoa. Bahkan, Ondel-ondel berasal dari budaya agraris yang banyak terdapat di Betawi Betawi Tengah lebih dekat dengan seni ke-Islaman seperti Samrahan, Rebana, dan Hadrah yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Timur Tengah. Namun, untuk wilayah Glodok dengan mayoritas warga keturunan Tionghoa, kesenian Gambang Keromong dan Tari Cokek lebih SOEKIRNOSalah satu kesenian tradisional, gambang keromong masih disukai pengunjung Festival Cisadane 2005. Dalam keseharian jenis kesenian ini biasa mengiringi penyanyi cokek yang membawakan lagu berbahasa China dan Betawi 16/6/2005.Tari CokekDalam pemberitaan Kompas 2 Juli 1999 berjudul “Cokek, Tradisi Lokal yang Terpinggirkan” disebutkan asal mula tari Cokek memiliki berbagai pertama mengatakan tari Cokek bermula pada masa para tuan tanah menguasai Batavia pada abad ke 19, khususnya di daerah Kota atau Beos. Para tuan tanah Cina yang sangat kaya raya seringkali membutuhkan hiburan sehingga membuat pesta setiap malam Minggu. Pesta yang hanya dihadiri oleh orang Belanda dan Cina kaya itu biasanya dimeriahkan dengan musik Gambang Keromong. Di sanalah para “pembantu” dengan ketrampilan menari dan menyanyi memeriahkan acara sambil melayani tamu laki-laki yang dikenal dengan penari kedua menyebutkan Cokek berasal dari Teluk Naga di Tangerang yang dikuasai oleh tuan tanah bernama Tan Sio Kek. Ia memiliki group musik dan alat musiknya bertambah ketika kedatangan tamu dari Cina daratan yang membawa te-hi-ang, su-kong dan khong-a-yan. Sejak itu ia memiliki instrumen lengkap Gambang Keromong yang sering dimainkan dengan perempuan penari yang disebut cokek, anak buah Tan Sio penari Cokek mengajak menonton ikut menari dengan melemparkan Cukin selendang pada penonton. Kegiatan itu biasa disebut ngibing, yaitu penonton biasanya laki-laki akan ikut menari bersama penari dan memberikan uang atau saweran. Kebersamaan antara penari dan penonton ini merupakan sebuah kebiasaan yang menarik bagi yang dikenakan penari Cokek, yaitu kebaya dengan kain batik serta selendang yang berfungsi sebagai cukin, dalam tarian Jawa biasa disebut melempar sampur. Gambang Kromong mengiringi Tarian Cokek dengan lagu yang biasa dibawakan, yaitu Gelatik Nguk-nguk, Cente Manis, dan Stambul Cokek yang sudah terlanjur dikenal sebagai tari pergaulan, sarat dengan erotisme karena gerakan yang mudah dan cenderung menampilkan gerakan erotis. Kehadiran laki-laki yang ikut ngibing dan memberi saweran dengan cara menyelipkan uang di balik kebaya penari membuatnya bernuansa mesum. Bahkan, konon penari cokek juga bisa diajak berhubungan seks yang memberikan kesan berelasi dengan prostitusi, ditambah lagi dengan suasana hiburan yang lekat dengan rokok dan minuman itu membuat prihatin pegiat seni peranakan Tionghoa. Pada 1980 ada upaya gerakan untuk mencoba mengembalikan marwah Tari Cokek. Konon pada abad 17 telah ada tari Sipatmo atau Shiu Pat Mo sebagai tarian agung yang biasa dibawakan untuk upacara adat di klenteng untuk menutup Cap Go Meh di hari 15 Imlek. Namun, hilang bersamaan dengan makin meluasnya tari tahun 1980-an seorang pegiat tari Memeh Kerawang atau Tan Gwat Nio menghidupkan kembali tari Sipatmo. Namun sayangnya, Memeh wafat tahun 1988 yang berimbas seni tari Sipatmo meredup. Tari Sipatmo sempat dibangkitkan oleh keturunan Memeh Kerawang dengan tampil dalam Parade Tari di Bali tahun 2014, bahkan mendapatkan juara tari Sipatmo dalam arena tari tersebut karena kepedulian masyarakat Cina Benteng yang didukung oleh Dinas Kesenian Jakarta. Untuk mendukung pariwisata dan ekonomi lokal, tari Cokek Sipatmo dihidupkan kembali dengan menggerakkan perempuan Cina Benteng sebagai seni budaya Kota pemberdayaan kesenian Cina Benteng di dukung oleh LSM Pusat Pengembangan Sumber Daya Wanita PPSW Jakarta yang memberikan pelatihan menari Sipatmo pada perempuan pengurus KWPS Lentera Benteng Jaya dan sejumlah siswa SMP Gracia kota Tangerang tahun Cokek Sipatmo dikreasi sebagai tarian agung yang dipersembahkan pada upacara khusus di klenteng atau perayaan Cap Go Meh. Gerakannya, yaitu gerak soja, nindak lenggang, geser kanan kiri, ngawen, nindak lenggang, ngawun, nindak lenggang, pelipis, japing, nindak lenggang, nindak empat, geser kanan kiri, sliwang, nindak lengang, glatik nguk nguk, tumpang depan, tumpang belakang dan soja akhir. Gerakan-gerakan tersebut terselip nilai filosofi, yaitu menjaga kesucian sembilan lubang; yaitu hati, ampun pada sang pencipta, menjaga pikiran, menjaga telinga, menjaga mata, menjaga hidung, menjaga mulut, menjaga kemaluan dan menjaga HILMI FAIQTari sipatmo hasil kreasi baru ditampilkan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta 12/9/2014. Tari sipatmo semakin ditinggalkan seiring berkembangnya budaya KeromongPada abad 18 pemimpin Tionghoa, yaitu Kapten Noe Hoe Kong menggabungkan alat musik khas China yang populer pada tahun 1930-an di kalangan peranakan Tionghoa yang saat ini dikenal dengan nama Cina tradisional itu berfungsi menyemarakkan upacara adat dalam lingkaran hidup seseorang seperti perkawinan, nazar, sunatan dan juga mengiringi Tarian Cokek atau Lenong. Hingga saat ini, warga Cina Benteng masih menggunakan Gambang Keromong dalam upacara penikahan. Lambat laun orkes Gambang Keromong makin terkenal hingga Tangerang, Bekasi dan bagian utara kota Bogor ataupun kawasan yang dikenal merupakan area budaya musik Gambang Kromong berawal dari tiga alat gesek khas Cina, yaitu Tehyan, Kongahyan dan Shukong yang terbuat dari bambu, tetapi kemudian berganti dengan batok kelapa agar suara geseknya lebih keras. Kemudian mendapat pengaruh Jawa dan Bali dengan 10 buah kromong atau kenong yang terbuat dari perunggu atau besi, serta kecrek, kenong dan 18 bilah kayu Gambang Keromong biasanya bersifat humor, gembira dan terkadang ejekan atau sindiran dan tidak seperti lagu pobin yang tenang, hingga lagu pobin jarang dimainkan. Lagu klasik Betawi yang biasanya diiringin Gambang Keromong, antara lain, “Mas Nona”, Gula Lanting”, “Semar Gurem”, “Tanjung Burung”, “Mawar Tumpah”, dan “Sayur Asem”. Lagu pop Betawi sayur antara lain “Jali-jali”, “Stambul”, “Surilang”, “Persi”, “Akang Haji”, “Kramat Karem”, “Lenggang Kangkung”, dan “Sirih Kuning”. Mulanya Gambang Keromong hanya menggunakan Kongahyan, Tehyan dan sukong yang merupakan adaptasi dari alat musik gesek asli Cina yang disebut Erhu. Setelah itu berkembang menggunakan basing/suling yang dimainkan bersama gambang, gendang, kecrek dan instrumen pukul tradisional yang terdiri dari bilah 18 buah dengan berbagai ukuran yang mirip seperti xilofon yang dipadang dalam resonator yang berbentuk seperti perahu. Alat ini dimainkan dengan cara dipukul dan memiliki tiga oktaf, nada terendah adalah nada Liuh g dan nada tertinggi adalah Siang c.Kongahyan, Tehyah dan ShukongKongahyan, Tehyan dan Shukong adalah alat musik gesek dengan dua dawai. Ketiganya terdiri atas resonator badan dari tempurung kelapa yang dibelah dan dilapisi kulit tipis. Dengan tiang kayu jati berbentuk bulat panjang dan purilan atau alat penegang adalah instrumen logam yang berbentuk mirip Bonang perangkat musik Jawa. Keromong terdiri dari 10 buah dalam 2 baris ini mempunyai nada Tionghoa. Pada bagian luar keromong terdiri dari nada Siangc, Liuh a, U g, Kong e, Che d yang ditabuh/dipukul secara bersamaan antara barisan luar dan dalam, seperti 1-8 satu dengan delapan 2-10, 3-9, 4-7, dan dan Kempul Alat musik ini terbuat dari kuningan atau perunggu berbentuk seperti lingkaran dengan bagian tengah yang menonjol. Diletakkan dengan posisi menggantung dan saling berhadapan. Gong berfungsi sebagai penentu irama dasar berukuran 85 cm, sementara Kempul memiliki ukuran 45 cm berfungsi sebagai pembatas ritme melodi. Oleh karena itu gong dan kempul berfungsi sebagai hitungan ini terbuat dari bambu kecil terbentuk berbentuk panjang dengan enam buah lubang nada yang dapat dimainkan secara horisontal atau sejajar dengan musik perkusi terbuat dari kepingan logam tipis berbahan besi kuningan, perunggu, besi sebanyak dua hingga empat yang diikat/disusun di atas kayu. Instrumen ini dimainkan dengan cara memukul tongkat pendek dari kayu di tas kepingan yang tersusun tersebut. Instrumen ini berfungsi sebagai penghias irama lagu gambang musik pukul yang terbuat dari kayu slinder dengan ronggo. Pada lubang di kedua sisi ditutup menggunakan kulit yang tidak sama besarnya. Dimainkan dengan cara ditepuk menggunakan sio-loAlat musik ini berbentuk dua piringan logam perunggu atau kuningan berdiameter 10 cm yang ditempelkan pada sebuah kayu di kedua sisinya. Cara memainkan Ningnong adalah dengan menggunakan tongkat besi kecil secara bergantian di kedua SANTOSA"Ngibing" atau bertandak bersama cokek diiringi musik gambang kromong menjadi tradisi khas masyarakat China Benteng di sekitar Tangerang, Provinsi Banten 8/4/2007. Ngibing atau bertandak bersama Cokek diiringi musik Gambang Kromong menjadi tradisi khas masyarakat Tionghoa Benteng di sekitar Tangerang, Provinsi Banten. Acara ini merupakan pertemuan budaya Tionghoa Peranakan dan Betawi yang sudah hidup berabad MarawisHajir Marawis adalah kesenian yang berasal dari Timur Tengah dengan unsur kental keagamaan karena lirik lagu yang dibawakan berupa pujian-pujian pada sang Pencipta. Alat musik adalah Hajir gendang besar diameter lebar 45 sentimeter dan tinggi 60-70 sentimeter. Marawis gendang kecil diameter lebar 20 sentimeter dan tinggi 19 sentimeter, Rumbuk berbentuk seperti dandang serta dua potong kayu bulat diameter 10 Marawis memiliki tiga nada berbeda untuk lagu yang berbeda pula, untuk irama yang menghentak dan membangkitkan semangat maka nada Sarah dan Zaife yang digunakan. Sedangkan nada Zaife sering digunakan untuk lagu pujian pada Rasulullah atau Nabi Muhammad dalam bentuk sholawat Nabi, dengan tempo lambat terkadang digunakan untuk lagu-lagu ini biasanya dimainkan oleh 10 orang, setiap orang memainkan satu alat musik sambil bernyanyi dan seluruh pemainnya laki-laki, biasanya tampil pada acara pernikahan atau hari raya perayaan tertentu. Hajir Marawis hidup dan tampil dalam komunitas Betawi keturunan Arab Kompas, 11 Desember 2002, "Lebaran di Condet Bersama Hajir Marawis".KOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUMPenjual alat musik tradisional Betawi yang disebut Tehyan, terlihat di salah satu sudut di Festival Palang Pintu XI di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, Sabtu 28/5. Selain musik tradisional Betawi Gambang Kromong, festival ini dimeriahkan berbagai penampilan seni budaya Betawi lainnya seperti ondel-ondel, palang pintu, tarian, dan adalah seni musik dengan alat musik yang dipegang dan dibunyikan dengan cara ditepuk jari. Ada tiga jenisnya, yaitu Biang, Hadroh dan Ketipring. Rebana biang adalah satu set rebana yang terdiri dari tiga buah rebana yang paling besar disebut Biang dengan diameter 60-80 cm, lalu ada Kotek yang berukuran 60 cm, dan yang paling kecil disebut Kendang dengan diameter 30 dimainkan, mereka memiliki fungsi yang berbeda, yang paling besar berfungsi seperti gong lalu gendang dipukul pukulan Gong. Sementara, rebana Biang yang paling besar berfungsi seperti gong, kemudian Kendang dipukul atau ditepuk secara rutin sedangkan Kotek untuk improvisasi dan dimainkan oleh orang yang Hadro berukuran 25-35 cm terbuat dari kayu terdapat tiga pasang lingkaran yang berfungsi sebagai kecrek, dalam permainan rebana Hadro berfungsi sebagai Ketimpring adalah rebana paling kecil dengan ukuran 20-25 cm yang terdiri dari tiga buah, yaitu rebana tiga, rebana empat dan rebana lima. Rebana Hadro atau rebana lima berfungsi sebagai pemberi musik yang berasal dari Timur Tengah ini erat dengan seni acara keagamaan Islam, misalnya saja perayaan Maulid Nabi Muhammad atau saat acara penutupan pengajian menjelang Ramadhan. Oleh karena itu, kesenian Rebana menjadi bagian dari hiburan dan perayaan di dalam kelompok pengajian atau Majlis Taklim dan hidup di dalam ini tidak menjadi kesenian hiburan seperti Gambang Keromong, Tari Cokek, Tanjidor ataupun Lenong, tetapi hidup dalam komunitas ke-Islaman seperti pesantren dan Majlis Taklim. Rebana masih tetap dimainkan oleh kelompok sendiri bukan untuk tujuan komersial melainkan hiburan kesenian merupakan permainan dari sembilan alat musik, seperti trompet piston, trompet trombon, trompet bas, trompet tenor, simbal, suling klarinet dan panil. Menurut Kamus Ensiklopedia Indonesia terbitan Ichtiar Baru tahun 1984, Tanjidor berasal dari bahasa Portugis tangedor, yaitu kelompok musik berdawai. Group musik ini biasanya tampil pada acara pesta pernikahan ataupun hajatan sunatan, atau acara hadir pada abad ke-20, ketika tuan tanah yang memiliki para budak ingin mendapatkan hiburan tetapi tidak mampu mendatangkan musik dari Eropa karena sangat mahal biayanya. Sehingga mereka meminta para budak untuk memainkan alat musik tersebut hingga masa perbudakan lagu yang biasa dimainkan adalah Poho Ke Balik, Ketepang Sono, Jali-Jali, Stambul, Gaplek, Kembang Kacang, Persi sampai lagu arakan Mars Jalan. Jika dahulu tanjidor sering dipanggil untuk mengisi hajatan, tetapi lambat laun semakin ditinggalkan oleh masyarakatnya, karena lebih tertarik dengan dangdut atau lagu-lagu bertahan menyambung hidup para pemainnya banyak yang menjadi buruh kasar dan tetap bermain tanjidor jika ada panggilan. Namun, untuk yang tidak laku lagi, mereka akhirnya menjadi pengamen jalanan, khususnya pada 15 hari pertama yang terjadi pada Kelompok Tanjidor Kampung Pulo, Tambun yang sudah tidak lagi diundang masyarakat. Sejak tahun 1977, mereka mengamen di beberapa wilayah di Jakarta terutama di wilayah yang banyak warga Tionghoanya Kompas, 23 Februari 1999, "Tanjidor Rezeki Setahun Sekali".Kelompok orkestra tersebut mengamen setahun sekali pada masa Imlek di kampung Pecinan kawasan Glodok hingga malam ke-5 Cap Go Meh. Padahal dahulu mereka pernah terkenal hingga ke “udik”, yaitu Parung Bogor, Setu, Ciketing, dan Bekasi. Dahulu, sekali pentas mereka bisa memperoleh Rp200, padahal satu gantang beras harganya 3,125 atau 2,5 rupiah saat halnya dengan kelompok tanjidor Tiga Saudara di wilayah Depok, harus menyesuaikan diri dengan perubahan, yaitu menambah seruling, gendang ataupun gong. Group ini memutuskan untuk menyesuaikan dengan selera generasi muda saat ini dengan menambah alat musik, membawa artis dangdut, dan pesinden lagu sunda. Sebelum bermain tanjidor dengan harapan semua acara berjalan lancar Kompas, 29 Maret 2006, "Saat Tanjidor Tidak Sekeren Ngeband".KOMPAS/LASTI KURNIASeni Tanjidor meramaikan suasana Lebaran Betawi yang digelar di Lapangan Perkampungan Industri Kecil PIK, Penggilingan Cakung, Jakarta, Sabtu 1/10/2011. Acara yang digelar Sabtu dan Minggu pada akhir pekan ini, menampilkan suasana perkampungan Betawi tempo dulu, ragam kesenian, dan masakan tradisional yang dibawakan oleh perwakilan seluruh kecamatan di Ibu Kota DKI PintuSeni Palang Pintu adalah pertunjukan khas yang hanya tampil pada acara pernikahan, di mana utusan pengantin laki-laki dan utusan pengantin perempuan saling berbalas diawali oleh utusan pria yang hendak meminang atau menikahi si gadis, lalu utusan pria akan menolak tetapi utusan pria bersikeras agar diterima. Di sinilah kedua utusan tesebut saling menunjukkan kelihaian mereka berbalas menarik dari Palang Pintu adalah dua utusan tersebut mengenakan busana tradisional Pangsi biasanya berwarna merah dan dilengkapi dengan group rebana dan sepasang kembang utusan wanita mau menerima biasanya diminta beberapa syarat yang harus disediakan seperti ayam dan sayuran. Maka pihak pengantin pria menyerahkan persyaratan tersebut, hal ini sebagai simbol bahwa pria memenuhi kebutuhan sehari-hari Kompas, 5 Juni 2011, "Budaya Betawi Seni untuk Membuka Palang Pintu"Ondel-ondelOndel-ondel adalah salah satu bukti peninggalan masyarakat agraris di tanah Jakarta yang dahulunya wilayah persawahan. Menurut kebudayaan Betawi, Ondel-ondel berasal dari Bebegig atau orang-orangan sawah yang biasa dipasang di tengah sawah untuk mengusir burung yang menggangu di musim panen raya, para petani dan masyarakat bergembira dengan menampilkan hiburan dan permainan. Salah satu kebiasaan mereka adalah membawa Bebegig berkeliling kampung beramai ramai dengan diiringi suara musik ramai. Dahulu sebelum membawa Bebegig atau Onde-ondel maka orang yang membawanya harus menjalani ritual agar dia kuat membawa Bebegig yang besar dan berat, tetapi kini ritual tersebut tidak dilakukan ada catatan khusus kapan Ondel-ondel hadir di masyarakat, tetapi seorang pedagang asal Inggris W. Scott menulis bahwa tahun 1605 di telah ditemukan boneka yang dipersonifikasikan sebagai leluhur penjaga kampung guna mengusir roh halus. Saat itu boneka tersebut memiliki wajah menyeramkan dan saat membuatnya memerlukan ritual A SETYAWANPekerja menyelesaian pembuatan boneka ondel-ondel di Rumah Produksi Ondel-Ondel, Situ Babakan, Jakarta, Minggu 19/9/2021. Penurunan PPKM dari level empat menjadi level tiga untuk DKI Jakarta turut mendongkrak penjualan ondel-ondel di kawasan wisata Situ Babakan setelah mengalami penurunan penjualan sejak pemberlakukan PPKM darurat hingga 75 peren. Meski tempat wisata itu masih tertutup untuk umum, namun banyak warga berbelanja souvenir di kawasan Ali Sadikin menjadi Gubernur DKI Jakarta menjadikan Ondel-ondel sebagai hiburan bagi masyarakat Betawi yang biasa hadir dalam hajatan atau pesta. Bahkan, pada tahun 1970 hingga akhir 1980-an, Ondel ondel menjadi permainan keliling kampung dan mendapat saweran dari warga sekitar. Ondel-ondel kemudian menjadi ikon Jakarta yang selalu ditampilkan pada acara perayaan Kota ondel-ondel terbuat dari bambu dan dibuat berongga agar orang bisa masuk ke dalamnya. Dengan tinggi kurang lebih 2,5 meter dan diameter rongga 80 cm, bagian kepala memiliki rambut ijuk dan hiasan kembang muka topeng bermata besar melotot, bahan pakaiannya 10 meter untuk laki-laki mengenakan model baju koko atau pakaian pangsi, dengan muka berwajah merah, kumis melintang, jenggot dan alis tebal serta cambang, biasanya bertaring. Ondel-ondel perempuan menggunakan baju kurung polos berwarna cerah atau berkebaya dan selendang, wajah putih atau kuning, memakai gincu merah, bulu mata lancip kadang memakai tahi tampil, Ondel-ondel dibawa sepasang laki-laki dan perempuan, biasanya yang memanggul adalah laki-laki sambil berkeliling dari kampung ke kampung. Biasanya diiringi seperangkat alat musik seperti gendang, terompet, kenong dan perkembangan kota, Ondel-ondel semakin eksis menjadi ikon Jakarta, bahkan ditampilkan dalam acara resmi, Tampilannya diubah lebih menarik, wajah mejadi lebih cerah dan tersenyum serta boneka laki-laki tidak lagi memakai taring Kompas, 30 Juni 2016, "Ondel-ondel dari Betawi".KOMPAS/WAWAN H PRABOWOPenyiar radio, Arya Iman Danusaputra atau yang akrab dipanggil Arya Tanjidor dan Fe Kusumawardhani atau biasa disapa Ipeh Yapong, menyapa para pendengar Bens Radio di studio Bens Radio, Jakagarsa, Jakarta Selatan, Kamis 9/6/2011. Bens Radio menjadi salah satu radio etnik yang dibangun untuk melestarikan dan mengembangkan potensi seni dan budaya masyarakat tradisi yang lahir dari akulturasi budaya dan tumbuh di masyarakat umumnya tergerus oleh modernitas. Waktu terus berjalan dan generasi terus berganti, sehingga masyarakat sebagai konsumen penikmat seni juga terus hari ini lebih menyukai Dangdut Campursari atau musik pop daripada Gambang Keromong atau Tanjidor, Tarian pergaulan Cokek berganti dengan Dangdut Koplo ataupun layar tradisi kini hanya tampil mengisi acara perayaan resmi pemerintah daerah, itu pun jika dipanggil. Baik penikmat dan pelaku seni tradisi juga terus menurun bahkan Tanjidor dan Gambang Keromong menjadi pemandangan langka di Jakarta. Hal ini bukan hanya terjadi di tanah Betawi, di wilayah lain di Jakarta seni tradisi sudah terganti dengan keyboard atau hiburan organ tunggal dengan lagu pop atau dangdut. LITBANG KOMPASReferensi Tanjidor adalah sebuah pertunjukan seni musik tradisional yang sangat populer pada zamannya. Tanjidor berasal dari Betawi, kesenian musik ini sangat populer di kalangan masyarakat Betawi. Musik tanjidor sering dipertunjukkan dalam acara-acara penyambutan tamu atau acara warga setempat seperti pernikahan dan hajatan. Karena sudah muncul semenjak zaman Hindia Belanda, pengaruh alat musik tanjidor berasal dari budaya-budaya tidak pernah kehabisan akan budaya uniknya, mulai dari bahasa, busana, adat istiadat hingga pertunjukan seni musik. Salah satu pertunjukan musik tradisional yang terkenal adalah tanjidor. Masih banyak orang yang salah mengartikan bahwa tanjidor adalah sebuah alat musik, karena itu di bawah ini Munus akan membahas mengenai sejarah dan TanjidorMusikTanjidor, Foto Oleh Teen Kapanlagi ComTanjidor adalah pertunjukan musik tradisional khas Betawi yang mengadaptasi musik dari Eropa. Kesenian ini telah ada sejak abad ke-18. Musik tanjidor sering dipertunjukkan pada zaman Hindia Belanda, kala itu kesenian ini dibawakan oleh apra budak kompeni pribumi untuk menghibur majikannya. Rupanya kesenian tradisional ini tidak hanya berkembang sampai situ saja. Dengan kepiawaian bermusiknya, pada budak tersebut membangun komunitas musik yang bernama tanjidor. Artikel TerkaitKata tan jidor berasal dari istilah dalam bahasa Portugis tangedor yang memiliki arti alat musik berdawai.’Asal-usul lain mengatakan bahwa nama kesenian ini berasal dari kata tanji dan dor. Tanji memiliki arti menabuh dan dor’ berarti bunyi dor dor. Karena itu, jika keduanya digabung akan memiliki arti tabuhan yang berbunyi dor dahulu, kesenian ini hanya dimainkan oleh para lelaki. Ketika musim panen tiba, mereka meletakkan alat tersebut di rumahnya untuk fokus mengurus hasil panen mereka di sawah. Setelah musim panen usai, mereka kemudian berkutat dengan alat musik mereka untuk menampilkan pertunjukan musik dengan berkeliling kota perkembangan zaman, kesenian ini boleh dimainkan oleh siapa saja termasuk para perempuan. Namun, karena alatnya kebanyakan berukuran besar, maka pemainnya cenderung juga Alat Musik Angklung Warisan Budaya Dunia Dari SundaPertunjukan TanjidorMusik tanjidor sering dipertunjukkan di acara khitanan, perayaan kemerdekaan, penyambutan tamu, tahun baru dan sering kali menjadi iring-iringan pengantin Betawi. Kesenian tradisional ini biasanya terdiri dari 7 sampai 10 pemain yang sebagian besar membuatnya unik, alat musik tanjidor dimainkan dengan nada berlawanan dan tidak selaras. Alat musik Eropa seharusnya dimainkan dengan sistem diatonik, namun pada musik tanjidor sering dipertunjukkan nada-nada pelog bahkan slendro. Dengan menampilkan dua macam tangga nada yang berlawanan, irama yang dihasilkan oleh musik tersebut bergemuruh. Namun, keunikan tersebut telah menjadi budaya sehingga lama-kelamaan masyarakat menikmati dan beradaptasi dengan gemuruh irama Alat Musik TanjidorMusikTanjidor, Foto Oleh Indonesia Kaya ComMeskipun nama tanjidor berasal dari Portugis yang berarti musik berdawai, namun alat musik tanjidor didominasi oleh jenis alat musik tiup. Hanya saja, keduanya sama-sama memakai sistem musik diatonik atau dua belas nada berjarak sama rata. Pengaruh alat musik tanjidor berasal dari musik-musik musik tanjidor yang sering digunakan diantaranya adalahKlarinetKlarinet merupakan alat musik tiup yang memiliki bentuk layaknya terompet namun dengan bagian tubuh yang lebih ramping. Klarinet termasuk dalam keluarga woodwind yang merupakan keluarga instrumen hornFrench horn atau piston adalah alat musik tiup yang berbahan logam, french horn berukuran besar dan biasanya digunakan oleh marching merupakan alat musik tiup, suara dari trombon dihasilkan dari getaran bibir. Seorang trombonis harus menguasai teknik pengaturan nafas karena trombon membutuhkan pernapasan yang kuat ketika memainkannya. SaxophoneSaxophone adalah alat musik tiup yang berbahan dasar kuningan, campuran antara tembaga dan seng. Suara merdu yang dihasilkan oleh saxophone biasanya digunakan dalam acara-acara juga merupakan salah satu instrumen musik tiup yang terbuat dari logam dan termasuk dalam keluarga brass yang memiliki ukuran besar dan suara adalah salah satu alat musik yang dipukul. Drum yang biasa digunakan oleh orkes tanjidor adalah pitched bass atau marching bass adalah alat musik yang terdiri dari dua lempengan. Cara memainkannya dengan cara merupakan alat musik yang menjadi ciri khas kesenian asal betawi ini. Tehyan termasuk dalam jenis alat musik gesek yang terbuat dari kayu jati dan tempurung kelapa. Alat musik ini menghasilkan nada dan bunyi yang tinggi. Tehyan sendiri merupakan hasil akulturasi budaya Betawi dan yang sering dimainkan dengan alat musik tanjidor diantaranya adalah Kramton dan Bananas, kedua lagu tersebut merupakan lagu Belanda berirama mars. Selain itu ada juga lagu Keramat Karam, terciptanya lagu ini terinspirasi dari meletusnya Gunung Krakatau kemudian sering dinyanyikan oleh masyarakat Betawi. Lagu-lagu lain yang sering dibawakan adalah Cente Manis, Merpati Putih, Surilang, Jali-jali. Setiap pertunjukan, para pemain menyanyikan lagu-lagu tersebut selaras dengan alunan alat musik juga Alat Musik Kolintang Perjuangan Cinta Tong Ting TangPerkembangan Tanjidor di Masa KiniDahulu kesenian tradisional ini adalah pertunjukan wajib yang selalu ada dalam setiap acara masyarakat Betawi. Pada masa emasnya, orkes ini menjadi sebuah pertunjukan mewah dan masih banyak musisi yang memainkannya dari rumah ke rumah. Namun sekarang kesenian ini sedikit memprihatinkan. Eksistensi kesenian asal Betawi ini mulai redup seiring perkembangan zaman dna masuknya musik-musik yang lebih jauh beda, nasib pemainnya juga hanya mengandalkan beberapa panggilan yang sudah jarang mereka dapatkan. Situasinya sudah sangat berubah sekarang, bahkan grup orkes ini juga hanya tersisa beberapa saja di pinggiran kota. Sulit untuk menemukan generasi muda yang masih bersedia mendalami kesenian tradisional ini. KesimpulanTanjidor adalah kesenian musik tradisional yang berasal dari Betawi. Pengaruh alat musik tanjidor berasal dari negara Eropa, namun uniknya cara memainkannya berlawanan sehingga menghasilkan suara yang bergemuruh. Dahulu, Musik tanjidor sering dipertunjukkan di acara-acara masyarakat Betawi. Namun sekarang, eksistensinya sudah mulai tergeser oleh musik-musik modern. Orkes ini sudah jarang ditampilkan dalam keseharian masyarakat juga Alat Musik Tifa Produk Asli Kebudayaan Indonesia Timur

tari cente manis dari betawi